Copyright © Guratan Cerita
Design by Dzignine
Selasa, 06 Maret 2012

Tragedy Pantai Selatan

Tragedy Pantai Selatan
Oleh : Intan Rahayu

Disini ada tiga iblis…
Keeeuuukk… Keeeuuukk…

Tiga mobil ambulance melaju diatas 100km/jam menempuh perjalanan Pantai Selatan -Jakarta hanya kurang dari 45 menit, ambulance yang rasanya ringan dan hendak terbang ke dunia yang bukan berpenghuni manusia.
Tiga mobil ambulance yang membawa kesedihan yang terselip di liburan akhir tahun diantara pesta kembang api, hiruk pikuk keramaian orang di ibu kota dan kegaduhan gemuruh terompet. Bukan baju basah yang lengket karena air laut atau saku celana yang terselip pasir pantai tetapi keranda mayat lengkap dengan mayat yang dibalut kain kafan bersih tak bernoda.
“Lindaaa…”
“Ariiiin…”
“Dikiiii…”
Tangis rumah duka pecah ketika mayat di bopong ke dalam untuk disantuni lantunan ayat suci al-quran dari tetangga, teman, kerabat dan rekan kerja ataupun karangan bunga atas rasa bela sungkawa sebelum akhirnya disolati dan semayamkan di singgahanya yang sempit dan sumpek yang ukurannya kurang dari satu kali setengah meter.
***
Praaaangg…
“Astagfirallah…”
Tiba-tiba piring yang sedang dicuci Mama Linda jatuh dan pecah, serpihan belingnya melukai tangan Mama yang masih berbalut busa sabun.
“Ya Allah kok jadi enggak enak hati gini, kenapa ya” gelisah Mama dalam hati

Dikamar yang rapi dan banyak di tempelin poster band acoustic dalam negeri, Linda sedang packing menyiapkan perlengkapan untuk besok hari karena ia dan ke-5 teman kantornya akan menghabiskan liburan akhir tahun di Pantai Selatan.
“Sayang kamu besok jadi pergi?” Kata Mama yang rasanya sedikit kurang berkenang mengizinkan Linda pergi
“Iya Ma, Linda liburan paling cuma 2 hari kok, lagian Papa udah ngizinin kok kemarin ”
“Iya tapi sebaiknya kamu jangan pergi ya”
“Loh kenapa Ma?” tanya Linda kaget dan menghentikan packing k etas ranselnya yang kini sudah mulai penuh karena semua bawaan dari baju, handuk, kosmatik, dan sampai sandal jepit ia masukin ke ransel kesayangannya.
“Nggak kenapa-kenapa Mama Cuma mendadak khawatir aja sama kamu”
“Mama doain aja aku selamet sampai sana dan aku nggak akan kenapa-kenapa kok”
“Tapi…”
“Mama percaya sama Linda ya”
***

Jalanan sudah mulai dipadati para pengunjung yang akan berlibur sama halnya seperti Linda dan ke-5 temannya yang sekarang mulai mandi keringat karena jalanan macet hampir satu kilo, sampainya di tempat tujuan beberapa villa sudah banyak yang booking dan terpaksa Linda harus mencari penginapan lain untuk beristirahat.
Didapatinya sebuah villa yang baru direnovasi dan dengan sewa budget Rp. 300.000 per malam, villanya strategis dekat jalan raya dan tentunya menghadap ke arah pantai.
“Huuaah capek juga, tapi untungnya dapet villa juga ya” kata Jessi sampil merebahkan badannya di tempat tidur.
Wuuussshh…
Bluuugh…
“Astaga kaget gue, kirain apaan, jendelanya ditutup aja deh anginnya kenceng banget” ujar Linda
“Eh… Danu, Erik, sama Diki kemana? Kok nggak kedengeran suaranya” tanya Arin
“Kayanya mereka bertiga lagi nyari bunga mawar buat si Linda, elu tau sendiri Linda tuh kembang kantor” ledek Jessi dan Linda hanya tersenyum akan kebenaran karena di kantor Linda bak ratu yang turun dari kayangan karena kecantikannya managernya pun dulu sempat naksir dengan Linda tapi kenyataannya Pak Manager bukan kriteria Linda.
“Iya nih kok elu bisa cantik begini padahal nyokap bokap elu standar Indonesia” kembali ledek Arin
“Sialan elu…”
***

Di warung Danu, Erik dan Diki duduk santai di bale sambil pesen beberapa gelas kopi dan gorengan untuk ke cemilan di villa.
“Eh…itu si Linda mau kemana, sendirian?” Tanya Danu
“Lin…Lin…Linda” Teriak Diki tapi Linda tidak menengok dan menyahut sama sekali, aneh !
Ke-3 cowok ini akhirnya kembali ke villa dan membawa sekantong kresek gorengan dan 3 gelas kopi.
“Wooyy…gorengan nih, mau nggak?” teriak Erik yang sontak di sambut semangat
“Linda? Bukannya elu tadi lagi jalan ke pantai?” kaget Danu sambil mengentikan seruput kopi yang masih panas
“Hah?” kaget Linda dan ke-2 teman wanitanya
“Iya tadi gue panggil diem aja, kok cepet udah ada disini lagi?”
“Dari tadi Linda dikamar sama gue nggak kemana-mana” Jessi ketakutan
Semuanya berpandangan heran kebinggungan
“Terus yang tadi itu siapa?“
Praaaang
“Aaaaaa”
“Meong…”
“Kucing sialan bikin kaget aja” gelisah Diki
“Yaudahlah nggak usah dipikirin kita kan kesini mau havefun, beres makan kita kepantai ya” ajak Danu dan yang lain hanya mengguk sambil memikirkan sebetulnya siapa wanita yang mirip Linda itu.
“Siapa yang mereka maksud aku ya?” tanya Linda dalam hati
***

Dikamar Linda dan ke-2 teman wanitanya berganti baju karena mereka akan main-main dengan sang ombak, batu karang, pasir pantai dan si air garam.
“Eh..gue ngga bawa sunblock, minta dong” pinta Jessi
“Hemm...gu.uuee ng..ng..ak ba..wa ” Linda gelagapan
“Tadi gue liat kok Lin di tas elu” ujar Jessi
“Nih… pake yang gue aja Jes” kata Arin sambil menyodorkan sunblock ke telapak tangannya
“Ih…kenapa sih kalau minta alat kosmetik pasti aja bilang nggak ada, nggak bawa, nggak punya padahal jelas-jelas di tas kosmetiknya seabreg lengkap banget” gerutu Jessi agak sinis dalam hati dan sambil memakai lotion di tangan dan kakinya.
Slaaaap
“Astaga” Linda dalam hati
Bayangan hitam melintas dihadapan Linda, Linda kaget terperangah tapi dia tidak memberi tahu ke-2 temannya karena takut liburannya jadi nggak asyik, kalau ia harus menyeritakan alyang belum pasti karena siapa tau yang tadi itu anya bayangan badi badan aku sendiri.
“hey ladies go to the beach now” panggil Diki
Dan liburan mereka sekarang semakin lengkap karena apa yang mereka tunggu sudah didepan mata laut lepas dengan ombak yang sedikit ganas
Buuuuaaar…
Ombak yang memecah adrenali, mereka mencoba wahana banana boat, mengubur diri mereka dipasir, bermain voli pantai dan berbaur dengan mereka yang sedang berlibur pula.
“Aduh kebelet toilet sebelah mana ya?” tanya Linda
“Sebelah sana” tunjuk Diki ke sebelah kanan Linda
“mau gue anter Lin?”tanya Arin
“Nggak usah gue sendiri aja”
“Kalau dianter sama gue mau nggak?” tanya Erik sambil tersenyum genit, dan yang lain hanya mencemooh ajakan Erik dan menbiarkan Linda ke toilet sendiri karena takut ada yang cemburu social nantinya.  Jessi dan Arin memutuskan untuk bermain ombak. Lumayan lama tapi Linda tak kunjung kembali dari toilet.
“Si Linda lama banget ya, oh ya elu tahu nggak kenapa sih kalau kita minjem alat kosmetiknya Linda tuh pasti aja ada alesan ini itu” mulai beraksi gibah ala Jessinya
“Iya gue juga nggak tahu kenapa kaya gitu, oh iya mantan gue kan temennya temen Linda katanya waktu SMA tuh dia biasa-biasa aja nggak secantik sekarang, mangkannya temen yang kenal dia mah pada kaget tahu liat Linda cantik begitu” cerocos Arin tidak mau kalah
“Eh..eh..eh itu si Linda kan?” Kata Jessi sambil memfokuskan pandangannya kearah Linda yang berjalan ketengah laut
“Iya dia mau kemana coba” ucap Arin gelisah dan berlari menuju kearah Linda
“Lin…Lin…Linda” teriak Jessi mengejar Linda ke tengah laut
“Hihihihi” Linda tertawa melengking menengok ke belakang dan tersenyum sinis
Wuuussssh… Buuuuaaaarr…
“Aaaaaaa”
Badan Jessi dan Arin terhempas ombak, dan sepertinya ada yang yang menarik tubuhnya kedalam dasar laut, mereka gelagapan mencari pertolongan, nafasnya mulai sesak namun air laut semakin senang dengan mereka berdua.
***

“Jes…Rin…” kata Linda yang terus mendekatkan minyak angin kelubang hidungnya
“Kenapa bisa nih anak kelelep di laut, padahal mereka pada bisa berenangkan, untung ada police beach yang sempet liat mereka” kata Diki kebingungan, Jessi mulai menggerakkan jemari mungilnyasedangkan Arin masih belum bereaksi.
“Jes..Jes..elu nggak kenapa-kenapa?” tanya Linda panik
“Linda? Elu tadi?”
“Udah elu istirahat dulu aja ya nggak usah mikir macem-macem dulu” ucap Linda menenangkan Jessi. Tidak lama Arin tersadar , ia juga kebinggungan dan sedikit syok setelah melihat Linda di depan matanya.
Villa yang niatnya untung bersenang-senang ria harus di isi dengan rasa kegelisahan, ketakutan, keanehan dan kekhawatiran akan terjadi hal serupa.
Karena Jessi dan Arin beristirahat terpaksa yang menyiapkan makan malam itu Linda dan ke-3 cowok, Linda dan Diki yang mencari makan malam, sisanya berjaga divilla takut terjadi hal yang tidak diinginkan, di persimpangan jalan Linda dan Diki berpapasan dengan wanita tua yang keadaan nya bungkuk sambil menopang tongkat kayu.
“Nak…” kata nenek yang melihat sorotan wajah Linda tajam, sesekali melotot yang membuat bulu kunduk Diki berdiri.
“Elu kenal Lin? ”tanya Diki, tapi Linda menjawab dengan gelangan kepala dan perlahat muka Linda kini semakin pucat ketakutan.
“Jangan sampai menyesal karena kecantikanmu…” ujar nenek itu dan kemudian meninggalkan Linda, belum sempat bertanya kenapa? Masih dalam keadaan bingung Linda menoleh kearah nenek itu tapi ternyata nenek itu menghilang secepat kilat.
“Lin…” syok Diki tidak mengerti akan maksud dari kejadian ini, mereka memutuskan membeli makan malam sealakadarnya dan kembali ke villa secepatnya.
“Jangan sampai menyesal karena kecantikanmu…” sepanjang perjalanan ke villa hanya kutipan itu yang ada di benak Linda
“Lin yang tapi apa maksudnya? Kok neneknya ngilang?” tanya Diki memecah konsentrasi Linda
“Gue juga nggak tau apa maksdunya bilang begitu, jangan-jangan…”
“jangan-jangan apa Lin?”
“hah? Enggak kok, gue asal ngomong aja tadi”
Makan malam di villa jadi terasa janggal karena Jessi dan Arin masih terbaring lemas, namun hari ini amat melelahkan jadi mereka tidur lebih awal kecuali Linda yang memilih menjaga Jessi dan Arin.
Drrttt…
I will fly into your arms and be with you til the end of time
why are you so far away you know it's very hard for me
to get my self close to you
Drrttt… Handphone Linda berdering
“Mama” Linda dalam hati
“Hallo Ma, ada apa? Iya Linda bai-baik aja kok. Love you Mom”
Pungkas Linda sambil menutup telpon
“Hah? Bulan tanggal 2 Februari?” Linda syok dan badannya mulai bergetar, ia mencoba berjalan keluar villa.

Wuuussshh…
Rambut Linda yang tertata rapi kini berantakan tidak karuan, ia berjalan mendekati bibir pantai.
“Nyai maafkan saya yang khilaf akan kewajiban saya, jangan jadikan teman saya sebagai pengganti kekhilafan saya, jangan ganggu mereka. Saya rela kecantikan saya diambil kembali oleh Nyai tapi saya mohon dengan sangat jangan libatkan teman saya.”
“Hihihihihi”
Cahaya hijau keluar dari hempasan ombak dipantai, lalu nampaklah sosok wanita mengenakan kebaya hijau yang sangat amat jelita. Setelah beberapa saat menghilanglah. Linda pun berlari ketakutan dan kembali ke dalam villa dan tidur di samping Jessi.
***

Plaaak
Tamparan kencang melayang di pipi kanan Rayen
“Rayen kenapa sih kamu tuh tega banget selingkuh dibelakang aku?” geram Linda
“Hey… ngaca dong siapa elu, tampang aja ngepas, masih untung Rayen pernah mau jadian sama elu” ujar cewe selingkuhan Rayen
Semenjak kejadian beberapa tahun silam itu Linda berusaha keras merevolusi kepribadian secara fisiknya beberapa cara dan upaya Linda lakukan termasuk cara medist dan alternative sampai akhirnya ia melakukan cara pintas dengan menjadi pengikut Nyai Roro Kidul sebagai penambah aura kecantikannya, persyaratannya ia berziarah ke makamnya sebulan sekali dan setiap tanggal 28, alat kecantikan atau kosmetiknya disimpan beserta sesajen dan ayam cimahi syarat alat kosmetik tidak boleh digunakan oleh siapapun, jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka orang terdekat akan menjadi pengganti sesajen dan ayamnya.
***

“Disini ada tiga iblis…”
Suara beratnya mendekat ke telinga Danu, Erik, dan Diki.
“Disini ada tiga iblis…”
Kembali bisikan itu semakin jelas di telinga mereka ber-3.
“Aaaaa…”
Danu tersadar dan syok melihat wujud megerikan dihadapan mukanya, sosok Linda dengan wajah yang keriput bak nenek tua pipinya bolong bercucuran darah bercampur nanah dan belatung.
“Hihihihi”
Dooogg… Dooogg…
“Dan, Er, Dik, tolongin Linda” teriak Jessi sambil menggodor pintu kamar villa
Keeeuuukk… Keeeuuukk… Keeeuuukk…
Linda kelojotan memegangi lehernya, matanya melojot, mulutnya mengeluarkan busa, dan mukanya mulai membiru.
Keeeuuukk… Keeeuuukk… Keeeuuukk…
Linda semakin sekarat, semua panik segera mereka membawa Linda kerumah sakit terkecuali Arin yang masih lemah dan membiarkan Diki menjaganya di villa, jarak rumah sakit lumayan jauh, di perjalanan Jessi memijit tubuh Linda berharap ia akan sadar karena hanya masuk angin biasa.
Keeeuuukk… Keeeuuukk…
Matanya semakin melotot, nafasnya semakin sesak. Jessi ikut pucat dan khawatir dengan keadaan Linda.
***

“Gue takut kenapa-kenapa sama Linda, Dik” ujar Arin menangis di bahu Diki dan Diki mencoba menenangkan Arin dan mengelus rambutnya perlahan.
“Linda kan cewe yang kuat dia pasti kuat kok”
Wuuusssh
“Disini ada tiga iblis…”
“Siapa itu?” teriak Diki
“Elu denger juga?”
Wuuusssh
Angin kencang berputar di dalam ruangan beberapa barang ikut berputar
Praaangg
“Diikkk”
Cleeeb… Craaak..Pisau buah mengantam dada Diki
Hihihihihi
***

“cepetan dong” Jessi sambil terus menangis
Slaaaap
“Awaaass…” teriak Erik
Ngiiiiiikkk…
“Astaga…”
“Hampir nabrak kucing gue, astaga semoga bukan pertanda buruk” gumam Danu
Ditengah perjalanan Linda mulai tak sadarkan diri, keadaan dalam mobil semakin panik, Danu melaju mobilnya amat kencang. Setibanya dirumah sakit Linda sudah tidak bernyawa, karena gula darahnya melonjak drastis, sedangkan Linda tidak pernah punya penyakit gula darah. Lalu jika bukan masalah medis apa ini karena Nyai?
***

Arin menghubungi Danu dari ponselnya yang ia genggam erat. Isi villanya sudah tidak karuan terlebih  tergeletak Diki yang sudah kehabisan banyak darah.
Breeettaaak…
Craaaak…
Tubuh Arin dipentalkan ke tembok kepalanya bocor
Sreeeet… pisau chater memutuskan urat leher Arin, darah meluber di lantai yang baru di plester ubin. Villa yang baru di renovasi dan belum dislametin oleh di pemilik villa itu sendiri.
“Arin nelpon” kata Danu yang bersamaan ingin memberitahu kabar duka sahabatnya
“Haloo Rin…”
“Disini ada tiga iblis…”
“Ariiiin…”

***
Tamat


Cerita ini hanya fiktif belaka,
jika ada kesamaan cerita, tokoh dan tempat hanya kebetulan.

0 komentar:

Posting Komentar