Copyright © Guratan Cerita
Design by Dzignine
Sabtu, 03 Maret 2012

Not Same Is Friend

Not Same is Friend
Intan Rahayu

Dunia ini indah namun kejam
untuk dimengerti dalam balutan daya pikir
Otak pun tak sanggup berpikir
Semua terjadi tanpa dapat terbaca
Semua terjadi tanpa terasa mati asa mati rasa
Mengapa KAU memberi petunjuk yang tak ku pahami
Petunjuk itu tak banyak arti namun begitu berarti
Saat “arti” itu semakin liar dalam diriku aku pun tersesat
Ku coba bertanya kepada-NYA “dimanakah jalan keluarnya?”
Samar-samar terdengar mulut hatiku berkata
 “lakukan semua ini dengan hati dan akal sehatmu, nak”
Dan terjawab semua yang tidak dimengerti
karena hati adalah petunjuk dan jawaban paling berarti
(Ketika KAU adalah TUHANnya dan kepada-NYA adalah ALLAH saya)
***

Nel 5 menit lagi gue jemput lu ya, lu ga usah bawa helm gue bawa dua . ok

Selsai ketik pesan lalu aku kirim ke Nelly sahabatku semasa SMK orangnya unik karena dengan ke kekhasan suara yang lantang dan ketawa yang bisa menghancurkan atap sekolah dan bahkan sekolahnya ikut runtuh seketika, berjanji untuk jalan sekedar menghilangkan rasa penat.

Siiippp di beringin aja ya, kan orang rumah taunya gue kuliah. *plaaakk balasan dari Nelly

Aku dan Nelly mampir ke bank bukan mau ngerampok kok, cuma mau setor TIGA PULUH LIMA RIBU RUPIAH buat pesen satu novel doang, selsai mengantri lama di bank, aku segera meluncur ke Sempur sebuah lapangan dan taman di daerah Bogor dan sering dijadikan tempat untuk kumpul-kumpul, makan atau sekedar ngobrol
“Mau pesen apa nel?” tawarku
“Gue pengen batagor” katanya sambil sibuk dengan handphone yang dibeli beberapa bulan lalu lewat jerih payah dan tawar menawar yang sengit antara aku dan pemilik counter handphone
“Bang batagor sama es kepalanya 2 ya” pintaku ke abangnya
“Yang satu agak pedes ya bang” teriak Nely
“Nel lu yang bayar ya..hehehe” kataku sambil tertawa
“Aiiihhh…yang kaya gini nih yang ngajakin gue miskin bareng” histeris Nelly
***

Beberapa menit kemudian
“Akhirnya datang juga” kata aku tak sabar merampas piring dari abang-abangnya
“Bismillahiramannirahim” ucapku dalam hati kemudian menyantapnya dengan lahap sementara Nelly khusyu mengepal kedua tangannya lalu menunduk, aku lirik lagi ternyata masih sama dia belum memulai makan, kemudian aku menyimpan sendok dan berenti mengunyah makanan tak lama Nelly mengangkat kepalanya dan mulai menggerakan tangannya kesendok
“Belum dimakan Tan?” tanya Nelly
“Udah sedikit, kan ga enak gue makan sendirian sedangkan lu masih berdoa” jawabku
“Jiah..kirain kenapa, ya kan kalau di gue berdoa juga ibadah Tan” katanya sambil menyantap batagor yang sudah mulai dingin
“Oh..gitu ! Aduh kerudung gue kena saus kacangnya” katau kesal
“Nih ada tisu !” kata nely sambil menyodorkan tisu dari tasnya
“Tumben baik lu.hahaa” kataku sambil tertawa
“Ahh lu gue baik salah ga baik apalagi… oh ya anter gue ke toko buku ya mau beli buku psikolog anak” ujar Nelly
“sama gue juga mau nyari buku skenario” ucap ku sambil terus memakan batagor sesekali nyuri dari piring Nelly
***

Aku parkirkan motor di gedung IPB (Institut Pertanian Bogor) bukan kita kuliah disini tapi mallnya bersebelahan jadi lebih irit biaya parkir
“Otak kopet lu tan.haaahhaa” kata Nelly sambil sedikit mencemooh
“Manusiawi kali kalau ngomongin ekonomis mah ” jawabku tak mau kalah
Masuk ke mall dan langsung melucur ke toko buku dimana tempat kita luangin baca buku, tolong digaris bawahi hanya membaca bukan untuk membeli
“Tan dapet nih buku psikolog anaknya, tapi ada bahasa arabnya… mana gue ngerti” kata Nelly sambil mencari label harganya berharap buku itu nggak ngerogok koceknya dalam-dalam
“Nih… ada artinya kan, lu baca artinya aja yang penting ilmunya nyampe ke otak lu yang segede upil ” kata ku sambil tertawa

Ku lirik jam tangan sudah pukul 15.15 wib
“Nel anter gue ke musola dulu yuk udah ashar” pintaku
“Ia bentar gue ke kasir dulu, lu ngga beli buku Tan?” tanya Nelly sambil mengecek recehnya takut mendadak recehnya berjalan sendiri dan kurang pas ke kasir
“Tadi gue udah tandain sampai mana gue baca entar kalau kesini dilanjut lagi” jawabku santai
“Ya TUHAN… teman macam apa ini” kata Nelly tak percaya
“Ngapain beli kan buku di lu banyak ya gue pinjem aja kali” kataku singkat
“Eiiittt…jangan bilang minjem juga manusiawi deh Tan” bantai Nelly
***

Perdebatan sengit antara aku dan Nelly berakhir di musola, aku masuk ke musola sementara Nelly mengunggu diluar sambil asik baca buku yang baru ia beli lewat uang recehnya
“Udah tan?” tanya Nelly ketika aku keluar dari musola
“Ya udah masa mau diem disini ampe isya”kata ku
“Ya kirain aja mau nunggu besek disini.hahaa eh tapi lu abis solat keliatan bercahaya deh, jangan geer lu Tan…ah.perasaan gua aja kali ya” kata Nelly sambil ketawa lebar dan kayanya cicak juga bakal masuk kemulutnya
“Menurut alquran gue ya Nel disetiap tetes dari air wudhu itu adalah malaikat jadi begini deh gue kena cahaya malaikat … oh ya minggu ke gereja jam berapa?” tanyaku karena ingat sesuatu
“Hem..gitu gue baru tau Tan… biasa jam 11an, kenapa?” tanya balik Nelly
“Gue mau balikin novel yang kemaren udah beres” kataku
“Ya udah kerumah aja” ujar Nelly
“Balik yuk takut kesorean” ajakku sambil berjalan keluar dari mall yang mulai terlihat ramai

***

“Nel pegangin handphone gue dong” kataku  sambil mengeluarkan motor dari parkiran
“Sini, boleh gue banting?” tanya Nelly polos
“Hemm…beliin gue sup buntut semut dulu baru lu boleh banting ampe remuk” kataku sedikit naikan urat-urat yang kejang
“Minjem headset dong Tan” kata Nelly
“Ada di tas, satu satu atuh, gue kiri lu kanan” ucapku sambil menampan ditangan kiri karena yang tangan kanannya asik memainkan gas motor dan menjaga keseimbangan biar nggak oleng
“Gileee banyak banget lagu Ten2Fivenya mana Agnes Monicanya” gerutu Nelly sambil terus nyari-nyari
“Cuma 4 album Nel Ten2Fivenya, udah dengerin aja enakeun kok apalagi yang judulnya Teman” negosiasi ku dengan Nelly

“Teman adalah terbaik yang pernah ku miliki
Slama hidupku slama masaku
Walau tak mungkin selamanya
Slalu berdeketan slalu beriringan
Terhalang jarak dan waktu
Untuk berbicara tertawa dan bercanda
Tumpahkan kekesalan menangis saat ku putus cinta

Aku mau teman selamanya
Berbagi tangis dan tawa
Tak mau sendiri merasa sepi
Teman berikan aku ketenangan
Teman buat kurasakan bahagia
Pertemuan yang lama sudah ku tunggu
Bebaskan hati ini dari rasa rindu

Teman, apapun yang terjadi
Jangan berubah, oh berjanjilah”
Aku ikut bersenandung dengan fasih karena aku memang hafal liriknya namun sepertinya lirik itu membuat Nelly terdiam meresapi setiap bait yang teramat dalam
 “Ya..aku mau teman selamanya” celetuk Nelly memecahkan suara-suara knalpot dijalan raya yang mulai sumpek untuk melaju leluasa di atas 20 Km/Jam
“Ya…gue juga butuh teman selamanya kaya lu” ucapku yang membuat kita berdua terdiam
***

 “BUBARKAN GEREJA INI, KAMI TAK IZINKAN PEMBANGUNAN INI” seru  dari kerumunan orang-orang yang melakukan demontrasi di sebuah pembangunan geraja yang belum jadi.
“Ada apa ini pantesan dari tadi macet banget” kata Nelly kaget
“Kenapa mereka ga bisa berteman sama perbedaan sih” ucapku sambil menyalip dari celah-celah kemacetan
“Ia toh kita bisa baik-baik ajakan walaupun prinsip kita beda” kata Nelly

Tiba-tiba
Duuuggg….Sreeett…

“Aaaaaaa”

Aku dan Nelly tersungkur di pinggir jalan raya, sebuah motor tiger hitam menyerempet motor ku membuat kendali motorku tak stabil hingga terpental ke pinggir jalan.
“BOOOSS HATI-HATI DONG !” kataku marah
“Ia maaf gue ga sengaja” kata lelaki pemilik motor tiger yang ternyata masih seumuranku langsung membantu mengangat tubuhku
“Gue ga mau tahu kalau ada apa-apa sama temen gue, lu bakal berusahan sama gue” kataku marah karena melihat Nelly terluka lumayan parah
“Hey…” teriak Nelly seakan risih melihatku marah pada lelaki itu
“Lu ga apa-apa Nel?” tanyaku cemas
“Ia gue ga apa-apa jadi lu ga usah pada berantem” kata Nelly sambil memahan perih di tangan kirinya yang lecet dan berdarah
“Eh…Maaf gue duluan ada urusan” kata si lelaki
“EH…TANGGUNG JAWAB LU !” teriakku tapi lelaki itu langsung pergi menancap kencang gasnya dan menghilang di tikungan, aku berjanji kalau ada apa-apa sama Nelly bakal aku kejar sampai kemana pun
“gue ga kenapa-kenapa cuma lecet doang kok” kata Nelly meyakinkanku tapi sebetulnya aku tahu seberapa perih luka itu hanya saja Nelly menutupi agar aku tak larut dalam kemarahan dan kekhawatiran.

***
Sampai dirumah, ku rebahkan tubuh dikasur yang sudah bosan aku tiduri, sesekali sambil merasahkan sakit akibat insiden kecil tadi

Trrtt..trrtt…
Handphone ku bergetar satu pesan dari Nelly

Gue cuma lecet doang, ga usah khawatir. Ayooo puisi estafet lagi gue mulai ya..
Dunia ini indah namun kejam
untuk dimengerti dalam balutan daya pikir” LANJUUUT… 

Aku terdiam menatap layar handphone dan mengingat kejadian panjang hari ini, tak sadar flashback ingatanku tiga tahun yang lalu dimana aku baru bertemu dengan seorang Nelly, tak mengenal ia dari suku, ras, bahkan kepercayaannya apa niat aku hanya satu untuk menjalin suatu pertemanan, persahabatan, dan persaudaraan. Dan membiarkan segala perbedaan itu teman, teman dalam menjalin pertemanan.

TAMAT


*special dedication to all my friends

0 komentar:

Posting Komentar