Copyright © Guratan Cerita
Design by Dzignine
Minggu, 04 Maret 2012

Hari Ini

Dimulai ketika aku bangun dari lelapnya tidur yang pada saat malamnya mengalami kekelabuan yang teramat mendalam tentang prinsip yang kian liar, entah hati hari ini resah tak karuan ku luapkan pada amarah yang tak ingin ku sapa sebelumnya. Ya marah yang bergejolak sampai akhirnya emosi itu berjalan diatas kerikil yang terjal, "Hey bisa nggak sih klaksonnya nggak norak gitu, bisa nggak sih pelan-pelan, ah..kenapa sih" itu segelintir cacian yang ku lontarkan bersama setan yang bersemam dengan ku saat itu.

Walau aku kedalam kurang sadar tapi aku sadar harus bagaimana jika melihat seorang ibu jatuh dari motornya saat akan belok mungkin tersenggol mobil silver didepannya, saat itu keadaan memang macet aku pun kesulitan untuk turun dari motor agar bisa menolong ibu itu karena bedebah motor dibelakang aku nglaksonin terus pengen teriak "HEY...APA KALIAN NGGAK LIAT ITU !" mau gimana lagi aku jalan terus dan sesekali melihat dari spion mirisnya lagi sampai jarak agak jauh belum ada yang nolongin, ada polisi cuma liatin merhatiin lalu jalan pelan, "APA KAMU NGGAK BISA LARI? APA KAMU NGGAK ADA TEST FISIK BUAT LARI" jengkel menonton kejadian itu, mana nurani kita?
Gundah yang ada dibenak ku tahu itu salah, aku terdiam lalu bilang "Ya Allah harus gimana?" memang curhat dengan pencipta kita itu lebih di dengar karena Tuhan kita memang Maha Pendengar. Tak lama suasana hati kian membaik, melodi mulai berdendang menari bersama hari yang mulai menang.
Senja yang diguyur rinai mulai menampakan jati diri bersama hati yang kian bersinar, tertawa bersama dunia....

Huuuh...rembulan menghampiri datang bersama para kawan bintang dan segala gerombolannya, saat itu aku menikmati makan malam di angkringan yang biasa aku tongkrongin walau sekedar ngewedang atau nyantap nasi kabar dan kucing yang nendang di mulut, sesekali sambil berbicara dengan para teman yang tak pernah berujung pada sebuah penyelsaian, kenapa ? entahlah bukan aku pelaku ceritanya, aku hanya pendengar dan pemberi kritik seperti olahan gurame asam manis.


Perut rupanya mulai begah, aku kembali berkenala dengan si roda dua berwarna putih susu yang ban belakangnya sering ditambal ya memang sudah mulai rontok tipis dan kian botak, benar...ia marah kembali padahal tadi pagi baru saja aku tambal karena mungkin tertusuk benda tajam. Aku memang ingin marah "Kenapa sih kamu bocor terus, aku cape , aku sayang sama kamu karena kamu ban pertama, aku nggak mau ganti kamu tapi aku nggak mau terus nyakitin ban dalam yang sering tertusuk benda tajam dijalanan, mungkin ia selalu meringis kesakitan " .  Dan akhirnya pusingku meradang kesulitan mencari tambal ban, lelah tapi buat apa aku mengeluh toh si roda dua tetap kurang sehat.

Hari yang panjang setiap momentum dari detik ke menit, suka ke duka, atau duka ke suka semuanya adalah hidup yang harus tetap hidup...

0 komentar:

Posting Komentar